Profil dan Keberadaan Kawasan
KHDTK Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Wonogiri seluas ±93,34 hektare berlokasi di Dusun Seneng, Desa Sendangsari, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Kawasan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 665 Tahun 2025 dan didorong sebagai KHDTK Model Pemuliaan Tanaman Hutan, dengan tujuan mampu menyediakan sumber benih unggul hasil pemuliaan untuk mendukung pembangunan hutan tanaman, rehabilitasi DAS, hingga kebutuhan industri kehutanan (HTI). Kebun benih dan plot uji keturunan berbagai jenis tanaman strategis seperti Acacia mangium, Acacia hybrid, Eucalyptus pellita, Jati, Nyamplung, Malapari, Lamtoro, Pulai, dan Bentawas telah dikembangkan sejak awal 1990-an, sebagian telah memperoleh sertifikat sumber benih. Kemitraan riset serta pemanfaatan kawasan aktif dilakukan bersama BRIN, akademisi, dan lembaga swasta, menjadikan Wonogiri sebagai laboratorium lapangan penting dalam bidang bioteknologi dan pemuliaan pohon di Indonesia.
Kondisi Biofisik dan Keanekaragaman Hayati
Secara ekologi, Wonogiri terletak pada zona peralihan iklim kering–subhumid dengan karakteristik lahan berbatu dan tanah dangkal, menjadikannya lokasi ideal untuk seleksi genetika pohon yang beradaptasi pada lahan marginal. Plot sumber benih menunjukkan keanekaragaman hayati tingkat jenis dan tingkat genetik yang tinggi, dengan keragaman provenans dan klon untuk mengukur performa, riap volume, resistensi penyakit, dan kandungan biomassa. Sebagian tegakan seperti E. pellita dan A. hybrid memiliki pertumbuhan volume hingga ±50 m³/ha/tahun, sementara Nyamplung dan Malapari bernilai strategis untuk bioenergi, biofuel, dan farmasi. Struktur tegakan bertajuk rapat memberikan kontribusi signifikan terhadap simpanan karbon dan mendukung target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, diperkuat dengan pendanaan program RBC tahun 2025–2027 untuk penguatan sistem perlindungan ekologis, inventarisasi cadangan karbon, dan restorasi plot prioritas.
Potensi Pemanfaatan dan Peran Sosial
KHDTK Wonogiri memiliki dua peran kunci: sebagai hub inovasi pemuliaan tanaman hutan dan sebagai katalis penguatan sosial-ekonomi masyarakat sekitar. Produksi benih unggul berpotensi menjadi sumber PNBP dan mendukung pasar benih nasional untuk industri HTI maupun rehabilitasi lahan kritis. Di tingkat lokal, keberadaan Kelompok Tani Hutan (KTH) mendorong pemanfaatan ruang kelola sosial melalui agroforestry dan budidaya madu, sekaligus pelibatan masyarakat dalam perlindungan hutan dan pengelolaan sumber benih. Kawasan juga dioptimalkan untuk pendidikan dan pelatihan (praktikum perguruan tinggi, kunjungan ilmiah BRIN, CIFOR-IPB, dan universitas), menjadikannya pusat pembelajaran terbuka mengenai genetika pohon di kawasan hutan produksi. Ke depan, peluang pengembangan meliputi pasar benih unggul skala nasional, kerjasama riset lanjutan BRIN, PT. Tirta Utama, pengembangan demplot agroforestry edukatif, serta peningkatan kapasitas KTH agar manfaat ekonomi masyarakat dapat sejalan dengan keberlanjutan ekologi dan produktivitas hutan tanaman.